Member Of TDA Community

23/02/08

Jadikanlah Buah Lemon Itu Minuman yang Manis

Buku ini adalah salah satu The Secret Garden saya, setiap saya membuka lembaran-lembaran buku ini saya selalu saja mendapatkan pencerahan atas peristiwa hidup yang saya alami. Ini hanya sedikit sharing saja yang saya kutip dari La Tahzan karya Dr. Aidh al-Qarni.

"Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan. Sedangkan orang bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk dan berlipat ganda."

"Begitulah, ketika tertimpa suatu musibah, Anda harus melihat sisi yang paling terang darinya. Ketika seseorang memberi Anda segelas air lemon, Anda perlu menambah sesendok gula ke dalamnya. Ketika mendapat hadiah seekor ular dari orang, ambil saja kulitnya yang mahal dan tinggalkan bagian tubuhnya yang lain.Ketika disengat kala jengking, ketahuilah bahwa sengatan itu sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh Anda dari bahaya bisa ular."

"Kendalikan diri Anda dari berbagai kesulitan yang Anda hadapi! Dengan begitu, Anda akan dapat mempersembahkan bunga mawar dan melati yang harum kepada kami. Dan,

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. (QS. Al-Baqarah:216)"

"Begitulah, sebaiknya Anda selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu. Sebab, belum tentu semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah harapan, jalan keluar serta pahala."

Saat ini saya sedang demam panas dingin terkena sengatan kala jengking dan sekaligus sedang berusaha melepaskan kulit ular yang mahal itu dari hadiah ular yang diberikan kepada saya.

Wassalam,
Retno Murti

29/08/07

Get Out of The Rat Race and Start Enjoying Your Life!

Setelah berhasil mencuri waktu membaca e-book Get Out of The Rat Race dari Adam Khoo ini, saya ingin sharing yang saya dapatkan dari membaca buku ini, maka saya lanjutkan mencuri waktu menuliskan inti sarinya. Semoga bisa memberikan manfaat.

Anda merasa frustasi untuk mendapatkan wealth atau financial freedom? Setiap hari bekerja selama bertahun-tahun, perusahaanlah yang selalu mendapatkan keuntungan tetapi tidak untuk anda.

Sebagai karyawan setiap pagi anda mulai aktifitas mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan lalu berangkat ke kantor. Setibanya di kantor anda menyalakan komputer anda dan hal pertama yang anda lakukan adalah mengecek email anda. Mulai melakukan pekerjaan, memenuhi permintaan klien, menjawab keluhan klien belum lagi membuat laporan-laporan yang semuanya ada deadlinenya. Jam sudah menunjukan waktu makan siang, anda masih disibukan dengan semua kegiatan anda tapi anda harus makan setelah itu istirahat atau tidur siang tapi jelas tidak mungkin, bos anda pasti sudah menunggu dengan semua laporan-laporan anda. Saat jam menunjukan pukul 5 anda sudah berhasil menyelesaikan semua tugas-tugas anda bahkan anda bisa menjawab email-email yang di inbox anda. Lalu anda pulang, mandi, istirahat, makan malam, nonton tv atau baca koran kemudian anda baru tertidur saat tengah malam.

Semua siklus yang anda lewati dari pagi, siang, malam yang terus berulang-ulang anda lakukan selama bertahun-tahun inilah yang disebut oleh Adam Khoo sebagai Rat Race.

Sebagai seorang karyawan income anda pasti terbatas karena pada dasarnya anda menukar waktu anda yang hanya 24 jam sehari dengan gaji sebulan. Jadi berapapun income yang bisa anda ciptakan akan selalu terbatas karena anda hanya punya waktu 24 jam sehari.

Ketika seseorang berpikir bahwa cara untuk mendapatkan lebih banyak uang adalah dengan lebih lama bekerja maka biasanya akan berakhir dengan kelelahan, terluka dan kekecewaan pada hidupnya.

Padahal ada cara yang lebih baik dari itu dan anda pasti mengetahuinya.

Kebanyakan orang terjebak di rat race ini karena mereka tidak punya tujuan hidup selain hanya memikirkan bahwa mereka harus membayar biaya-biaya hidup dan tagihan tak terduga lainnya dan juga apa yang akan terjadi saat mencapai usia pension.

Tapi tetap saja mereka melupakannya dan tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki kehidupannya. (Bersambung)

25/08/07

Ketika Indonesia Diperintah Badut (Bag.1)

Eramuslim.com - Selasa, 21 Agu 07 16:12 WIB

Seorang teman pernah iseng melakukan survei, secara sendirian, ingin tahu apa pendapat rakyat kecil tentang anggota DPR. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta bergengsi di Indonesia ini sengaja pergi ke kuburan Karet, Jakarta, menemui banyak orang.

Tentang mengapa lokasi kuburan yang dipilih, dengan cengar-cengir dia bilang, “Sebentar lagi negeri kita pun akan dikubur…” Anak ini memang isengnya tujuh turunan, tapi walau begitu dia juga pintar dan kritis.

Beberapa belas meter dari pintu masuk kuburan, dia menghampiri tukang kembang. “Pak, saya mau tanya, tapi jawabnya jangan lama-lama. Apa yang ada di pikiran Bapak, katakan saja, ” ujarnya. Sang bapak tukang kembang mengangguk. “Pendapat bapak soal anggota DPR?” Dengan lugas, seperti di kuis-kuis teve, Bapak itu langsung menyahut, “Mau enaknya sendiri!”

Sang mahasiswa masuk ke dalam. Tidak lama ia berpapasan dengan tukang sabit. Dia melontarkan pertanyaan yang sama. Tukang sabit menjawab, “Amit-amit!” Teman saya ini terdiam. Dia heran dengan tukang sabit itu. Lho pak, bukankah banyak orang yang mau jadi anggota DPR? Tukang sabit menggeleng, ” Saya ogah. Anak-anak saya juga jangan. Walau saya begini, saya merasa lebih terhormat ketimbang anggota DPR. ”

Teman saya ini bertanya lagi, ”Kenapa?” Tukang sabit yang umurnya sudah kepala lima itu menjawab tangkas, “Saya kerja gini halal, gak nyusahin orang. Kalau anggota DPR, kerjanya kan ngerampok duit rakyat. ” Teman saya itu sedikit surprise. Kok bisa-bisanya tukang sabit yang kayaknya tidak terpelajar bicara begitu.

Bapak dulu pernah kuliah? Tukang sabit menggeleng. Kok Bapak bisa bicara begitu? Bapak itu terkekeh, “Makanya dik, jangan terlalu menganggap rendah orang kecil. Biar begini-begini bapak ikut menurunkan Suharto. Mei 1998 dulu Bapak ikut demo ke Senayan. Jadinya gak buta-buta amat sama politik. ” Sang mahasiswa, teman saya ini, sedikit merah wajahnya menahan malu.

Terus? “Ya dik, anak saya ada empat. Saya bolehkan mereka jadi apa saja, kecuali jadi Satpol PP, Polisi, sama anggota DPR…” Belum teman saya bertanya, Bapak itu nyerocos lagi. “Satpol PP itu orang kecil, tapi kerjanya nindas orang kecil demi gaji yang nggak seberapa. Polisi… ya adik tahu sendirilah… dan anggota DPR, yah itu sama saja… Amit-amit!. ” Ketika mengucap kata ‘polisi’ dia menurunkan sedikit volume suaranya. Maklum, di depan Kuburan Karet berdiri Markas Kepolisian Resort 715 Tanah Abang.

Walau tidak setuju seratus persen dengan pendapat si Tukang Sabit, teman saya diam saja dan mencatatnya baik-baik. Namanya saja survei iseng.

Setelah seharian bertanya pada orang-orang di kuburan, suatu hari saat bertemu saya, dia menceritakan semuanya. “Mau tahu kosakata yang bisa menggambarkan anggota DPR?” Saya mengangguk. “Mau enaknya sendiri, egois, amit-amit, rampok berjas, gak tahu diri, dan sebagainya. Tapi ada lagi yang sungguh-sungguh lucu: Badut. ” Teman saya ketawa lepas.

Saya mengingatkan, “Ya itu kan gambaran umum, tapi gak semuanya lah. ” Saya sendiri punya banyak teman yang sekarang lagi duduk di Senayan. Teman saya itu menjawab, “Badut he he he… Badut TK!”

Mendengar istilah “Badut TK” saya ingat pernyataan Abdurrahman Wahid beberapa waktu lalu yang menyebut anggota DPR sebagai “Anak TK”. Bisa jadi, inilah satu-satunya sikap Gus Dur yang saya amini. Anggota DPR kita kebanyakan memang keterlaluan menyebalkan.

Saya sendiri pernah bertanya pada sahabat saya yang lain. Dia ini seorang public relation yang handal dan jago ngelobi, “Mau gak jadi anggota DPR?” Dia menggeleng. “Kalau saya jadi anggota, saya takut serakahnya melebihi mereka. Saya ini pintar ngelobi dan pintar lihat celah untuk usaha. Nanti saya jadi kaya melebihi mereka semua. ” Kami tertawa.

Ribut Hak Pensiun

Peringatan HUT RI yang ke-62 belum lewat sepekan, anggota DPR sudah ribut-ribut soal hak pensiun seumur hidupnya. Awalnya ada pihak yang ‘mengusik’ anggota DPR ini soal hak pensiun seumur hidup yang telah diatur UU, padahal masa kerja mereka hanya lima tahun.

Enak banget jadi anggota DPR, kerja cuma lima tahun, digaji besar dengan fasilitas super, tanpa prestasi yang bisa dibanggakan, eeh dapat pensiun seumur hidup lagi… Mungkin demikian pikiran orang yang pertama kali mengusulkan dicabutnya hak pensiun seumur hidup ini.

Karena wacana ini langsung menonjok isi dompet mereka, maka para anggota DPR ini pun dengan semangat 45 meresponnya (lupa dengan nasib ribuan rakyat miskin yang terlantar gara-gara Lapindo de el el).

Ada anggota yang mau-malu menolak wacana ini dengan berkilah, “Jika hak pensiun DPR dicabut, itu tidak fair, cabut juga hak pensiun pejabat negara lainnya…” atau berkata “Hak pensiun seumur hidup anggota DPR sudah diatur UU, jadi ubah dulu UU-nya” (seolah-olah tidak tahu jika yang bisa mengubah UU itu anggota DPR sendiri, sama saja bunuh diri). Ada yang ngomong, “Saya setuju dicabut, asalkan uangnya untuk rakyat!” Dia bicara tanpa menjelaskan maksudnya, lapisan rakyat yang mana.(Bersambung/rizki)

15/08/07

How Do You Live Your Life

Saya lagi terlalu banyak ide tulisan sehingga saya tidak bisa fokus. Kebetulan beberapa hari yang lalu saya menerima email ini dari seorang teman, jadi saya share di sini saja. Selamat Menikmati......

The road is never long between friends
Sometimes in life, you find a special friend
Someone who changes your life just by being part of it
Someone who makes you laugh until you can't stop
Someone who makes you believe that there really is good in the world
Someone who convinces you that there really is an unlocked door just waiting for you to open
Always try to help a friend in need

Believe in yourself
Be brave...but it's ok to be afraid sometimes
Study hard
Laugh often
Don't be overly concerned with your weight, it's just a number
Always try to see the glass half full
Meet new people, even if they look different to you
Remain calm, even when it seems hopeless

Take lots of naps..
Be weird whenever you have the chance
Love your friends, no matter who they are
Don't waste food
RELAX
Take an occasional risk
Try to have a little fun each day....it's important
Work together as a team
Share a joke with friends

Love someone with all of your heart
Fall in love with someone
...and say "I love you" often

Express yourself creatively
Be conscious of your appearance
Always be up for surprises
Share with friends
Watch your step
It will get better
There is always someone who loves you more than you know
Exercise to keep fit
Live up to your name
Seize the Moment
Hold on to good friends; they are few and far between
Indulge in the things you truly love

Cherish every Holiday
Always Be Grateful of what you have
And give your best smile to every one you meet

Sumber : Unknown

14/08/07

Belajar Jadi Investor

Suatu hari seorang teman lama mantan rekan kerja satu kantor berusaha menghubungi saya melalui rekan kerja saya yang lain. Beliau ini sudah full TDA dengan menjalani bisnis supply container untuk perusahaan-perusahaan pelayaran. Singkat cerita beliau menawarkan saya untuk menjadi investor dari proyek yang sedang dikerjakannya. Terus terang saya sempat terkejut juga mengapa beliau ini memilih saya untuk menjadi investornya padahal saya yakin beliau lumayan mengerti kondisi keuangan saya.

Mungkin menurutnya saya punya minat yang sangat besar untuk belajar menjadi pengusaha dan sayapun cukup mengenal pribadinya sebagai orang yang dapat dipercaya walaupun kami tidak berteman secara dekat sewaktu beliau masih di TDB Akhirnya sayapun mempercayakan sejumlah uang untuk diinvestasikan walaupun hanya untuk satu unit yang nilainya tidak terlalu besar.Tanpa diawali dengan pengajuan proposal dan perjanjian atau kontrak apapun dan hanya melalui beberapa kali SMS dan pembicaran via handphone saya melakukan transaksi.

Tak lama menunggu, selang waktu dua minggu investasi saya sudah kembali plus 12% keuntungan, lumayan kan untuk seorang amatiran. Alhamdulillah sudah dua kali transaksi dalam dua bulan ini, keuntungannya bisa diputar lagi untuk tambah modal hingga kelak nanti bisa full TDA.

Jakarta, 10 Agustus 2007
Retno Murti

Jangan Merasa Pintar ….

Tulisan ini saya buat sebagai rasa terima kasih saya kepada seorang teman yang telah membuka mata hati saya. Menurutnya skill yang saya miliki hanya dimiliki satu orang di antara satu juta orang dan saya meresponnya dengan mengatakan tantangan terbesarnya adalah bagaimana menggunakan skill ini untuk digunakan sebesar-besarnya kesejahteraan saya sebagai pribadi tidak melulu untuk perusahaan di mana saya bekerja. Teman saya ini lalu bilang, “…jangan merasa pinter”

Menjadi seorang dengan status ampibhi adalah proses yang mau tidak mau harus dilalui seorang TDB yang notebene adalah karyawan yang bercita-cita ingin jadi TDA. Kalau mau dianalogikan dengan cuaca, amphibi itu seperti musim pancaroba, seperti yang anda suda ketahui di musim ini sering timbul penyakit terutama bagi yang tidak kuat daya tahan tubuhnya. Untuk memperkuat daya tahan tubuh diperlukan ekstra energi untuk memberantas kuman penyakit yang didapat dari makanan yang harus mengandung gizi dan vitaminn bahkan ada juga yang menambahkan ekstra vitamin seperti makanan suplemen. Lainnya.

Demikian juga menjadi amphibi, demi tujuan untuk segera melakukan ACTION tidak sedikit energi yang dikeluarkan yang bisa berupa waktu, pikiran maupun materi. Seperti halnya yang saya alami sekarang ditengah kewajiban pekerjaan sebagai TDB yang selalu dikejar deadline dan juga tugas sebagai seorang ibu yang harus menjadi manager untuk seorang suami dan dua orang anak menjalani proses, menjadi Ampibhi merupakan sebuah pengalaman yang sangat menarik. Semua kewajiban di TDB harus dipenuhi sementara action untuk menjadi TDA harus pula dijalankan, disinilah semua energi ektra diperlukan badan secara fisik dan mental harus ekstra sehat, karena untuk mengerjakan kewajiban TDB harus double speed maka ekstra power diperlukan atau bisa juga mengerjakannya diluar jam kantor saat tengah malam misalnya yang seharusnya adalah saat istirahat.

Dulu saat di bangku sekolah saya pasti akan merasa senang dan bangga kalau ada yang mengatakan kalau saya ini memang pintar demikian pula sampai kira-kira tiga atau empat tahun yang lalu di saat saya dinilai berhasil melakukan pekerjaan yang belum pernah berhasil dilakukan para senior sebelum saya. Tapi you know what, sekarang saya merasakan itu seperti jebakan yang tanpa saya sadari saya menikmatinya walaupun itu sebenarnya semu. Sampai hingga akhirnya saat saya sangat menginginkan untuk segera action saya sudah kehabisan waktu dan energi yang menurut saya adalah bahan bakar utama untuk menjadi TDA.
Sudah dua bulan ini proyek untuk membuat blog tidak selesai-selesai juga. Saya merasa benar-benar terjebak dengan rutinitas deadline di TDB. Jangan merasa pintar, kalau memang tidak mampu karena sudah tidak ada waktu lagi dan tidak punya energi lagi untuk belajar membuat blog untuk apa memaksakan diri. Lalu bagaimana cara mewujudkan mimpi-mimpi menjadi TDA, apa actionnya? Jangan merasa pintar, sok mampu bisa mengerjakan semua sendiri, delegasikan saja orang lain untuk membuat blog pasti banyak yang siap membantu. Kosekuensinya ya pasti harus mengeluarkan ekstra biaya sebagai konpensasi atas waktu yang tidak saya miliki.

Seperti kata orang bijak, sedia payung sebelum hujan. Jadi wahai para ampibhi untuk menghadapi segala rintangan di musim pancaroba ini, siapkan diri anda dengan ekstra tenaga, ekstra waktu dan tentu saja isi kantong anda harus ekstra.. Jika saatnya tiba nanti anda menjadi full TDA, Insya Allah anda menjadi entrepreneur sejati yang tahan banting, mampu terus bangkit dari setiap kegagalan.

Jakarta, 09 Agustus 2007
Retno Murti

Obrolan Pagi Hari – Kalau Saja Sekolah Bisa Gratis

Hari ini Senin 18 Juli 2005, hari pertama tahun ajaran baru begitu aku sampai perempatan jalan langsung terlihat antrian panjang mobil-mobil. Wah bisa terlambat lagi hari ini, kemacetan terjadi di sepanjang jalan Pemuda Rawamangun. Setelah empat puluh lima menit akhirnya aku sampai juga di kantor dan catatan time clock menunjukan angka 08.19 melebihi batas waktu yang ditoleransi di kantorku. Ternyata anak-anak sekolah cukup berperan besar dalam menambah keruwetan lalu lintas di Jakarta.

I don’t like Monday, it happens to me today. Hal pertama yang terpikir adalah masalah audit pajak yang sedang kami hadapi. Semakin hari semakin banyak daftar pertanyaan dan permintaan dan juga urusannya otomatis jadi makin bertele-tele. Akhirnya aku harus menghadapi ujian ini, berhadapan dengan aparatur pemerintah, yah ini adalah pengalaman pertama. Kesimpulan dari berbagai pendapat teman seprofesi adalah UUD, Ujung-Ujungnya Duit. Salah seorang teman seprofesi menasehati begini, “ajak aja bossmu makan malam dengan mereka, yah mereka itu minimal mesti di-entertaintlah”. Ini memang solusi singkat, jalan pintas yang paling umum di pakai orang, dari pada kita yang pontang-panting kerja melayani permintaan mereka, memberi penjelasan ini-itu, yang harusnya jadi tanggung jawab mereka sebagai aparatur negara. Bagaimana kalau mereka mendapat penjelasan yang salah apa mereka bisa tahu. Mereka bekerja di kantor yang namanya Kantor Pelayanan Pajak dan mereka bekerja sebagai tim pemeriksa, setelah meminta semua dokumen dan laporan mestinya mereka sudah bisa melihat mana yang melenceng dari laporan atau tidak. Kenapa pula kita yang mesti repot-repot menjelaskan, aku jadi mempertanyakan kemampuan mereka, apa mereka cukup didukung dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai. Akhirnya tugas negara yang diembannya dikerjakan dengan setengah hati, karena lebih mengharapkan imbalan atau uang jasa dari rakyat yang harusnya dilayani.

Selama akhir pekan kemarin, hati ini bertanya-tanya jadi kepikiran terus apa iya segala urusan di negeri ini bisa dibereskan dengan uang. Masih terlintas di kepala ini tulisan di Kompas Sabtu 17/07/05, tentang pengakuan John Perkins di bukunya yang baru diterbitkan. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan jika memang itu benar-benar pernah terjadi. Bangsa kita yang besar ini rupanya tidak pernah belajar dari pengalaman, setelah 350 tahun mengalami jaman kolonialisme sampai sekarangpun kita masih dijajah secara terselubung karena tidak semua orang dari bangsa ini yang menyadarinya walaupun aku yakin mereka pasti masih merasakannya karena mereka masih hidup dalam kemiskinan. Apakah bangsa ini masih belum sadar juga, ada yang salah, kita salah mengelola, salah mengatur dan salah memanage aset bangsa ini. Bagaimana mungkin petani bisa hidup miskin di lumbung padi, bagaimana mungkin negeri yang kaya dengan sumber daya alam terutama BBM tapi kita masih melihat antrian panjang di pompa bensin, minyak tanah dan solar untuk kepentingan rakyat jelata sulit didapat karena tidak ada suplai di pasaran.

Kita mesti mengakui kehebatan hasil kerja Amerika Serikat melalui John Perkin dan timnya, betapa mereka berhasil membuat bangsa yang kaya sumber alam dalam menjadikan rakyatnya hidup dalam kemiskinan. Dengan menggelumbungkan hasil laporan surveynya, mereka berhasil meyakinkan lembaga keuangan dunia seperti IMF dan World Bank mengeluarkan dananya untuk membiayai proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan konglomerat Amerika. Anehnya pemerintahan bangsa ini sangat bangga sekali dengan semakin banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia.

Sikap kepala pemerintahan, yang selalu berusaha mendapatkan hutang luar negeri untuk membiayai proyek-proyek pengerukan kekayaan alam Indonesia sungguh sangat egois, tidak nasionalis dan sangat tidak bertanggung jawab. Menurut pengakuan Perkins dibukunya pejabat-pejabat negara yang terlibat dalam pencairan dana untuk proyek-proyek tersebut mendapatkan sejumlah uang. Pantas saja setiap tahun kita selalu melihat pemerintahan kita seolah berlomba-lomba untuk mendapatkan hutang luar negeri.

Apakah kita ingin nantinya anak cucu kita harus menggadaikan hidupnya jiwa dan raganya untuk membayar hutang-hutang bangsa ini sementara seluruh kekayaan alamanya telah habis dikeruk oleh nenek moyangnya. Siapkah kita untuk mempertanggungjawabkannya?

Menurut hasil pengamatanku investasi asing di Indonesia hanya sekedar menggerakan roda perekoniam dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan standar gaji yang rendah di Indonesia dan rendahnya biaya produksi lainnya otomatis kaum kapitalis imperialis yang berkedok investor asing tersebut yang paling besar mendapat keuntungan. Jangan heran bila mereka mendepositkan dolar demi dolar keuntungan mereka ke luar Indonesia sehingga sampai sekarangpun pemerintahan kita belum bisa mengendalikan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Negara-negara Eropa seperti Irlandia dan Lexoumberg berhasil menempatkan diri sebagai negara terkaya di Eropa. Bayangkan negara yang tanpa sumber daya alam dan letak geografis yang kurang menguntungkan berhasil menjadi negara terkaya. Itu tak lain karena Irlandia berhasil membentuk sumber daya manusianya. Baru di era tahun 90-an, pemerintahan negera tersebut mulai menyelenggarakan pendidikan gratis dan hasilnya sungguh di luar dugaan sekarang mereka menjadi negara terkaya karena investasi yang masuk ke negara tersebut lebih mementingkan sumber daya manusianya. Sedangkan Lexoumberg menjadi negara kaya karena bank di negara tersebut dikenal sebagai tempat yang aman untuk menyimpan deposit.

Kembali lagi ke masalah perpajakan di Indonesia, menurut sumber yang aku dapat modernisasi yaitu system on-line pelaporan pajak yang sejak awal tahun 2000-an didengung-dengungkan adalah hasil dari petunjuk IMF sebagai syarat untuk mendapatkan dana cair dari IMF saat krisis ekonomi melanda bangsa ini.. Lagi-lagi IMF, kenapa bangsa lain mesti campur tangan urusan dalam negeri kita. Mengapa pula aku mesti heran dan bertanya-tanya, pastinya karena IMF yang punya dana kan? Tapi mengapa pula mereka yang lebih berkuasa untuk mengatur keuangan negeri ini. Mungkin mental para aparatur negara yang mesti dibenahi, karena mereka bisa begitu murahnya menjual negerinya sendiri. Semua masalah akhirnya harus berujung ke pribadi mental aparat yang mengelola negeri ini dari pucuk pimpinannya sampai ke bawahannya yang paling rendah.

Tidak dipungkiri lagi peran sekolah dan orang tua cukup besar dalam membentuk pribadi tiap orang. Bicara soal pendidikan di negeri ini sungguh sangat tidak berpihak kepada rakyat. Tahun ajaran baru di mulai dengan pernyataan pemerintah yang tidak berdaya mengatur tarif biaya sekolah yang dihitung mulai dari uang buku, uang gedung sampai biaya ekstra kurikuler lainnya. Bisa dibayangkan betapa banyaknya anak-anak yang tidak dapat bersekolah. Anak-anak generasi penerus bangsa mestinya harus jadi perhatian kita semua karena di tangan mereka nantinya arah bangsa ini akan ditentukan. Apakah ini yang ingin kita hasilkan? generasi muda yang bodoh tidak berkepribadian yang akan dengan mudah terkena pengaruh luar. Apakah kita ingin jadi bangsa yang dari generasi ke generasi sebagai bangsa yang korup? Kita mestinya bisa belajar dari Irlandia dengan mencetak sumber daya manusia yang tangguh diharapkan kita mampu mengelola negeri yang kaya ini sehingga kita bebas dari imperilasme abad modern ini dan maju berdiri sejajar dengan bangsa – bangsa lain di dunia ini.

Semua bisa dimulai dari sini, pendidikan. Sebenarnya ini bukan hal yang baru kalau dilihat ke belakang sejarah bangsa ini, kita baru bangkit melawan penjajahan di awal-awal tahun 1900-an yaitu setelah kita mulai mengenal sekolah untuk kaum inlander waktu itu. Kalau saja kita mau menengok sejenak ke belakang melihat sejarah bangsa ini. Kalau saja sekolah bisa gratis, ...


Jakarta, 18 Juli 2005
Retno Murti